Harga Emas Hari Ini Turun Meski Fed Memotong Suku Bunga, Kekuatan Dolar Menekan Logam Mulia

Harga emas mengalami pergerakan tak terduga hari ini, turun tajam meskipun Federal Reserve AS mengumumkan pemotongan suku bunga yang sudah diperkirakan secara luas. Bagi sebagian besar investor, hal ini tampak berlawanan dengan intuisi—karena pada umumnya, suku bunga yang lebih rendah cenderung mengangkat aset tanpa hasil seperti emas. Namun, respons pasar hari ini menunjukkan cerita berbeda. Walaupun terdapat pemangkasan 25 basis poin pada suku bunga acuan, emas justru melemah ketika dolar AS menguat dan sentimen investor bergeser. Korelasi biasa antara pelonggaran kebijakan moneter dan kenaikan harga emas terputus, mengejutkan bahkan pelaku pasar berpengalaman.

Pada inti permasalahan ini adalah apa yang oleh banyak pihak disebut “pemotongan hawkish.” Meski The Fed memang menurunkan suku bunga, pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Jerome Powell bernada hati-hati, menandakan bahwa pemangkasan lebih lanjut masih jauh dari pasti. Pesan itu memicu penguatan dolar dan naiknya imbal hasil Treasury AS—dua faktor utama yang menekan harga emas. Akibatnya, emas gagal memanfaatkan langkah The Fed, dengan harga turun melewati level psikologis utama. Dalam artikel ini, kami mengulas alasan mengapa emas kesulitan meskipun seharusnya mendapat katalis positif, dan apa maknanya bagi investor ke depan.

Pergerakan Harga Hari Ini: Emas Gagal Pertahankan $4.000 Setelah Kenaikan Singkat

Harga Spot Emas

Sumber: goldprice.org

Reaksi awal emas terhadap pemangkasan suku bunga The Fed cukup beragam—sempat melonjak lalu berbalik turun secara stabil. Pada awal hari, emas spot sempat menembus angka $4.000 per ons, didorong ekspektasi kebijakan dovish. Namun, kenaikan tersebut cepat menguap setelah pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell pasca keputusan membuat pasar gelisah. Pada sore hari, emas spot diperdagangkan di kisaran $3.940/oz, turun sekitar 0,5% dari level tertinggi intrahari. Penurunan ini makin menonjol mengingat lonjakan bullish yang membawa emas ke rekor tertinggi beberapa minggu yang lalu.

Futures emas AS juga bergerak mundur. Kontrak Desember, yang sebelumnya bertahan di sekitar $3.970/oz, turun ke sekitar $3.950 di akhir sesi. Pergerakan paling tajam terjadi segera setelah konferensi pers Powell, saat emas sempat turun di bawah $3.915/oz, mengejutkan para trader yang berbasis momentum. Meskipun logam mulia ini masih naik lebih dari 50% sejak awal tahun, penurunan hari ini merupakan koreksi kedua dalam waktu kurang dari dua minggu sejak emas mencapai rekor tertinggi $4.381,21/oz pada 20 Oktober. Untuk sementara, para trader tampaknya sedang menilai ulang potensi kenaikan jangka pendek, dengan emas terkonsolidasi di bawah level psikologis $4.000 di tengah ketidakpastian makroekonomi.

Pemotongan Hawkish? Mengapa Langkah The Fed Tak Mengangkat Emas

Pada 30 Oktober 2025, Federal Reserve AS mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin yang sudah diperkirakan secara luas, menurunkan kisaran acuannya menjadi 3,75%–4,00%. Namun, meskipun langkah tersebut sesuai dengan proyeksi investor, nada pidatonya jauh dari dovish seperti yang diharapkan pasar. Dalam konferensi pers usai rapat, Ketua The Fed Jerome Powell menekankan kehati-hatian, memperingatkan bahwa pemotongan tambahan belum pasti. “Penurunan lebih lanjut pada suku bunga kebijakan pada pertemuan Desember bukanlah suatu kepastian,” katanya. “Jauh dari kata pasti—kebijakan ini tidak berjalan secara otomatis.”

Pasar pun bereaksi. Para trader futures memangkas kemungkinan pemangkasan lagi di Desember, menurunkan probabilitas penurunan suku bunga dari lebih dari 90% di awal hari menjadi sekitar 50% di malam hari. Pergeseran ekspektasi yang mendadak itu menekan harga emas. Sebagai aset tanpa hasil, emas cenderung diuntungkan saat The Fed memberi sinyal siklus pelonggaran berkepanjangan. Namun, kehati-hatian Powell memberi sinyal kemungkinan jeda—atau bahkan penghentian—pemotongan lanjutan. Bagi investor emas batangan, hal ini sudah cukup untuk bersikap mundur. Hasilnya: sebuah contoh textbook bagaimana bank sentral bisa melonggarkan suku bunga tapi mengetatkan sentimen, dan bagaimana harga emas bisa jatuh meski suku bunga turun.

Mengapa Suku Bunga Lebih Rendah Tidak Melemahkan Dolar—Atau Membantu Emas

Indeks Dolar AS (DXY)

Sumber: marketwatch

Salah satu hasil paling langsung sekaligus tak terduga dari pemotongan suku bunga The Fed pada 30 Oktober 2025 adalah menguatnya dolar AS—suatu langkah yang meniadakan keunggulan biasa emas setelah pemangkasan suku bunga. Biasanya, saat suku bunga turun, dolar melemah sehingga emas lebih menarik bagi pembeli global. Namun kali ini yang terjadi justru sebaliknya. Indeks dolar AS meroket ke level tertinggi dua mingguan, naik sekitar 0,5% ke 99,2, saat investor mencerna sinyal dari Powell bahwa pemangkasan selanjutnya masih jauh dari pasti. Nada hawkish itu membalikkan arah dolar—dan juga momentum emas.

Obligasi Treasury AS 10 Tahun

Sumber: CNBC

Pasar obligasi pun mengikuti pola tersebut. Imbal hasil Treasury 10 tahun yang sebelumnya sempat turun ke sekitar 4,02% di awal hari, berbalik naik menuju 4,07% setelah Powell berbicara. Naiknya imbal hasil mengurangi daya tarik emas karena logam mulia ini tak memberikan imbal hasil—sedangkan pengembalian yang lebih tinggi pada obligasi meningkatkan biaya peluang memegang emas. Secara bersamaan, reli dolar dan lonjakan yield menciptakan tekanan ganda pada emas: harganya jadi lebih mahal bagi pembeli asing dan kurang kompetitif dibanding aset yang menghasilkan yield. Pada akhirnya, pemotongan suku bunga justru memperketat kondisi keuangan bagi emas ketimbang melonggarkannya.

Kehati-hatian Investor Menekan Momentum Jangka Pendek Emas

Di luar tekanan teknikal dari dolar dan yield obligasi, emas juga mendapat perlawanan dari menurunnya semangat investor. Setelah reli kuat yang membawa harga ke rekor tertinggi pada awal Oktober, banyak pelaku pasar kini tampak enggan mengejar kenaikan lebih lanjut. Situasi pasca-Fed yang penuh ketidakpastian hanya menambah kewaspadaan ini. Tanpa jalur yang jelas menuju pemotongan suku bunga tambahan—atau pemicu geopolitik baru—para trader lebih memilih ambil untung dan menyingkir sejenak, ketimbang masuk lebih dalam.

Analis juga menunjuk pada perubahan sentimen risiko yang lebih luas. Saham AS melonjak pekan ini, dengan SP 500 mencatat rekor tertinggi baru, menarik perhatian dari aset safe haven. Sementara itu, munculnya tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan dagang AS-Tiongkok juga melemahkan permintaan emas sebagai lindung nilai defensif. “Saat ini tidak ada katalis kuat untuk mendorong emas lebih tinggi,” ujar Kyle Rodda, analis senior di Capital.com. “Reli terlihat agak kelelahan, dan komentar Powell memberi trader alasan untuk rehat sejenak.” Dengan emas gagal bertahan di atas $4.000 dan fundamental yang masih bergejolak, investor tampaknya lebih memilih menunggu sinyal yang jelas sebelum kembali masuk ke pasar secara besar-besaran.

Apa Berikutnya untuk Emas?

Meskipun penurunan hari ini telah mendinginkan momentum jangka pendek emas, banyak analis percaya tren kenaikan besar masih bertahan—meskipun dengan sedikit gejolak di depan. Titik balik utama berikutnya kemungkinan akan datang dari data ekonomi mendatang, perkembangan geopolitik, dan arahan dari bank sentral, terutama setiap sinyal baru dari Federal Reserve menjelang pertemuan Desember. Jika data inflasi mengindikasikan tekanan baru atau pertumbuhan melambat lebih dari yang diharapkan, pasar bisa kembali menghargai kemungkinan pemotongan suku bunga tambahan—yang bisa kembali menggairahkan harga emas.

Sementara itu, trader diperkirakan akan tetap berhati-hati. Analis teknikal menunjuk zona support di sekitar $3.870/oz dan resistance di dekat $4.100/oz, mengisyaratkan emas mungkin akan terkonsolidasi dalam rentang itu hingga sinyal makro lebih jelas muncul. Peristiwa seperti hasil negosiasi dagang Trump–Xi, langkah bank sentral global, atau perubahan drastis pada yield obligasi bisa dengan cepat mengubah narasi. Untuk saat ini, kombinasi Fed yang hawkish, dolar kuat, dan permintaan safe-haven yang menurun telah membuat emas dalam posisi menunggu. Namun, sejarah membuktikan, kadang dibutuhkan hanya sedikit pemicu untuk kembali menyalakan momentum logam mulia ini.

Kesimpulan

Penurunan emas setelah The Fed memangkas suku bunga pada 30 Oktober menjadi pengingat bahwa reaksi pasar tidak selalu lurus ke depan. Meski langkah yang seharusnya menguntungkan emas batangan, dolar AS yang tangguh, naiknya imbal hasil Treasury, dan nada ragu dari pembuat kebijakan berpadu memberi tekanan turun pada harga. Ditambah tak ada urgensi geopolitik yang mendesak serta aksi ambil untung, penurunan ini menjadi lebih mudah dipahami.

Namun, cerita jangka panjang emas masih jauh dari selesai. Logam mulia ini masih diuntungkan oleh permintaan mendasar, akumulasi oleh bank sentral, dan perannya sebagai lindung nilai di masa tidak pasti. Selama investor menanti sinyal yang lebih jelas dari The Fed dan pasar global, fase konsolidasi emas kali ini bisa jadi hanya sementara. Apakah ini hanya jeda sebelum kenaikan lebih tinggi—atau awal koreksi lebih dalam—mungkin akan bergantung pada bagaimana beberapa minggu ke depan berlangsung.