Penulis: Bryan Daugherty
Penerjemah: Block unicorn
Selama lebih dari satu dekade, diskusi tentang blockchain selalu terjebak dalam satu klise lama: "Harga itu penting."
Pendapat mereka sederhana: kecuali para pengembang dapat bertaruh pada harga token di masa depan, mereka tidak akan mengembangkan. Mereka mengklaim bahwa spekulasi adalah "mesin" inovasi.
Ini tidak hanya salah—tetapi sepenuhnya terbalik.
Sejarah dengan jelas menunjukkan: teknologi dasar tidak dibangun di atas fatamorgana spekulasi; mereka ditempa dalam tungku utilitas. Harga mengikuti kapabilitas, bukan sebaliknya. Edison tidak menjual "lamp bulb coin" sebelum menyempurnakan filamen. Noyce tidak menerbitkan "chip token" untuk mendanai integrated circuit. Cerf dan Kahn juga tidak mencetak "ARPANET NFT" untuk mendorong perkembangan TCP/IP.
Mereka membangun karena utilitasnya tak terbantahkan, masalahnya mendesak, dan kebutuhannya nyata. Hanya setelah sistem ini berjalan secara masif di dunia nyata, manfaat finansialnya dapat terwujud.
Kubu "harga penting" dalam cryptocurrency membalikkan pola ini. Mereka menjadikan harga sebagai insentif, berharap utilitas akan mengikuti. Hasilnya jelas: siklus hype kosong, adopsi singkat, dan ekosistem yang rapuh.
Setiap lompatan besar dalam infrastruktur modern menceritakan kisah yang sama. Jaringan listrik tidak lahir dari taruhan pada "watt token", tetapi untuk menyediakan listrik yang andal dan dapat diskalakan ke seluruh kota dan negara, didanai oleh investasi jangka panjang yang serius pada infrastruktur fisik, bukan spekulan ritel.
Integrated circuit mematahkan "tirani angka" dalam elektronik, didorong oleh kebutuhan jelas dari NASA dan Departemen Pertahanan. Harga chip turun dari 32 dolar menjadi 1,25 dolar, bukan karena spekulasi, tetapi karena teknologi membuktikan dirinya tak tergantikan.
Internet? Itu dibangun untuk bertahan dari serangan nuklir dan menghubungkan jaringan riset, bukan untuk mengisi dompet crypto siapa pun. Internet sepenuhnya didanai oleh Advanced Research Projects Agency (ARPA), dan selama bertahun-tahun penggunaan komersial bahkan ilegal. Protokol yang kita andalkan hari ini lahir tanpa satu pun aset spekulatif.
Pelajaran di setiap era selalu sama: kapabilitas dulu, finansialisasi kemudian.
Di bidang blockchain, nilai yang bertahan lama tidak berasal dari bertaruh pada grafik volatilitas. Nilai itu berasal dari penyediaan infrastruktur publik yang sah dan dapat diskalakan, mampu menangani miliaran mikrotransaksi harian, dan memecahkan masalah dunia nyata.
Jika kita mengukur kesuksesan dengan spekulasi, kita hanya membangun istana pasir. Jika kita mengukur kesuksesan dengan infrastruktur, kita sedang meletakkan batu fondasi.
Mengapa Pola "Harga Di Atas Segalanya" Gagal
Dalam setiap revolusi teknologi besar, pendukung pertama dan paling setia bukanlah para spekulan yang mengejar keuntungan cepat, melainkan pengguna dengan tuntutan tertinggi yang tidak mentolerir kegagalan. Di bidang blockchain, prinsip ini telah diabaikan oleh mereka yang mengagungkan strategi "token first", dan keretakan pun terlihat jelas.
Insentif yang Salah Arah
Saat para pendiri mencairkan keuntungan lebih awal melalui penjualan token, motivasi mereka bergeser dari memecahkan masalah sistemik yang kompleks menjadi mengejar siklus hype. Ini bukan hanya cacat budaya, tetapi juga struktural. Pendiri secara hukum berkewajiban melayani pemegang saham, bukan pemegang token. Hasilnya? Penangkapan nilai dioptimalkan di tingkat perusahaan, sementara peserta jaringan yang menciptakan utilitas nyata hanya memegang aset yang volatil.
Pikiran Jangka Pendek
Kenaikan harga yang tajam memberi penghargaan pada perilaku sesaat, yang mungkin melonjak hari ini tetapi merusak keberlanjutan besok. Begitu insentif ini hilang, partisipasi dan nilai protokol yang didukung oleh hadiah token yang membengkak akan runtuh.
Distorsi Pasar
Saat harga token menjadi indikator utama, peta jalan rekayasa cenderung mengutamakan hal-hal yang memicu spekulasi, bukan meningkatkan throughput, menurunkan biaya transaksi, atau memenuhi persyaratan kepatuhan. "Blockchain mania" tahun 2017 membuktikan hal ini: perusahaan mengeluarkan pernyataan samar, valuasinya melonjak bersama bitcoin, lalu menguap dalam 30 hari karena kurangnya kemajuan nyata.
Friction Pengguna
Produk dengan ambang token tinggi memaksa pengguna menjadi spekulan sebelum mereka benar-benar menjadi pengguna. Ini tidak menawarkan layanan khusus yang mulus, melainkan melempar calon pengguna ke dalam volatilitas pasar "pump and dump". Ini menarik penjudi, bukan peserta jangka panjang yang dibutuhkan ekosistem. Begitu para airdrop hunter dan pencari yield pergi, seluruh ekosistem L1 akan kosong. Harga mungkin menarik kerumunan, tetapi tidak dapat membangun fondasi.
Realitas Para Builder: Motivasi Intrinsik + Imbalan Langsung
Tanyakan pada mereka yang membangun tulang punggung internet, merancang mesin basis data, atau memperluas infrastruktur blockchain, mengapa mereka melakukannya, Anda tidak akan pernah mendengar "karena saya bisa trading coin". Mereka membangun untuk memecahkan masalah bermakna, mendapatkan penghormatan dari rekan, dan mendorong batas kemungkinan.
Perangkat lunak open source membuktikan hal ini setiap hari. Linux, Python, Apache, Kubernetes, arteri tak terlihat ekonomi global, menopang nilai triliunan, tidak satu pun lahir dari penjualan token spekulatif.
Sejarah puluhan tahun open source dengan jelas menunjukkan: infrastruktur yang mengubah dunia tidak membutuhkan token untuk bertahan hidup, melainkan membutuhkan hubungan langsung antara nilai yang diciptakan dan nilai yang diperoleh.
Proyek yang bertahan lama didanai karena mereka memecahkan masalah penting, bukan karena mereka sedang berada dalam siklus hype. Dalam pola ini, imbalan berasal dari dampak yang terukur, memungkinkan builder fokus pada performa, keandalan, dan aplikasi—prinsip yang harus diikuti blockchain agar dapat bertahan lama.
Jalan Menuju Masa Depan yang Sah dan Dapat Diskalakan
Jika blockchain ingin keluar dari masa remajanya yang spekulatif, ia harus mengikuti prinsip ketat yang sama seperti saat membangun internet, jaringan listrik, dan komputasi modern. Sistem-sistem ini tidak muncul secara kebetulan, tetapi dibangun dengan pemikiran matang dan sistematis untuk memecahkan masalah secara besar-besaran.
Semua dimulai dari masalah nyata yang dapat diukur, dengan penerima manfaat yang jelas dan hasil yang dapat didefinisikan. Bukan janji samar "potensi masa depan", melainkan tantangan mendesak dan spesifik yang bisa dipecahkan hari ini.
Kesuksesan harus diukur dengan metrik utilitas: penghematan biaya, pengurangan penipuan, efisiensi operasional, bukan vanity metric seperti "total value locked" yang bisa membengkak dalam semalam karena modal likuid, dan bisa menghilang sama cepatnya. Metrik penting adalah yang tahan terhadap siklus pasar dan membuktikan nilai berkelanjutan.
Jalan ke depan bukanlah hal yang tidak diketahui. Kita telah melihatnya di setiap infrastruktur transformatif abad lalu. Pertanyaannya bukan apakah ini mungkin, tetapi apakah blockchain memiliki disiplin dan fokus untuk mewujudkannya.
Kesimpulan
Spekulasi harga hanya sesaat. Utilitas tumbuh secara berkelanjutan. Jika blockchain ingin menjadi lapisan permanen dan tak tergantikan dalam ekonomi global, kita harus berhenti menjadikan harga token sebagai bintang utara.
Spekulasi akan menemukan jalannya, pasar memang diciptakan untuk itu. Sebagai builder, investor, dan pembuat kebijakan, tanggung jawab kita adalah memastikan ada dukungan nyata, sah, dan dapat diskalakan di balik spekulasi.
Sejarah tidak akan menilai kita dari puncak bull market, tetapi dari infrastruktur yang kita tinggalkan setelah debu mengendap—yang bertahan melewati siklus pasar, melayani miliaran orang, dan menyediakan kepercayaan global yang dapat diverifikasi.
Inilah masa depan yang layak dibangun. Dan ini satu-satunya masa depan yang akan bertahan lama.
