Perusahaan pertama di dunia dengan kapitalisasi pasar melebihi 5 triliun: Bulan madu singkat Nvidia dengan cryptocurrency

Penulis: Aki Wu Shuo Blockchain

Judul Asli: Perusahaan Pertama di Dunia dengan Kapitalisasi Pasar Melebihi 5 Triliun: Mengenang Masa Bulan Madu Singkat antara Nvidia dan Cryptocurrency

Pada akhir Oktober 2025, harga saham Nvidia kembali mencetak rekor tertinggi, dengan kapitalisasi pasar menembus angka 5 triliun dolar AS, menjadikannya perusahaan pertama di dunia yang melewati ambang kapitalisasi pasar ini. Sejak kemunculan ChatGPT pada akhir 2022, harga saham Nvidia telah naik lebih dari 12 kali lipat. Revolusi AI tidak hanya mendorong indeks S&P 500 ke rekor baru, tetapi juga memicu diskusi tentang gelembung valuasi teknologi. Kini, kapitalisasi pasar Nvidia bahkan telah melampaui total nilai pasar seluruh industri cryptocurrency, dan jika dibandingkan dengan peringkat GDP global, nilai pasar Nvidia hanya kalah dari Amerika Serikat dan Tiongkok. Yang menarik, superstar era AI ini juga pernah mengalami masa "bulan madu" di dunia cryptocurrency. Artikel ini akan mengulas kembali kisah naik-turun Nvidia dengan industri penambangan kripto, serta alasan mengapa mereka memilih untuk beralih fokus ke bisnis inti AI.

Demam Bull Market Kripto: Kartu Grafis Gaming Berubah Menjadi "Mesin Cetak Uang"

Sejarah perkembangan Nvidia juga merupakan kisah evolusi narasi teknologi yang legendaris. Didirikan pada tahun 1993, Nvidia memulai dengan penemuan GPU (Graphics Processing Unit), memanfaatkan tren booming game PC di akhir 1990-an. Seri kartu grafis GeForce dari Nvidia meraih sukses besar, dan perusahaan dengan cepat menjadi raja kartu grafis. Namun, ketika pasar game mulai jenuh dan pertumbuhan melambat, Nvidia juga pernah menghadapi masalah kelebihan stok. Untungnya, peluang selalu datang bagi yang siap—dan salah satu titik balik besar adalah demam cryptocurrency.

Pada tahun 2017, harga Bitcoin, Ethereum, dan cryptocurrency lainnya melonjak, memicu tren "mining". Karena GPU sangat cocok untuk komputasi paralel dalam penambangan, para miner di seluruh dunia berebut kartu grafis, sehingga GPU berubah menjadi mesin cetak uang, permintaan melebihi pasokan, dan harga melonjak. Nvidia pun menjadi salah satu pemenang terbesar di balik bull market kripto ini, meraup keuntungan besar dari penjualan kartu grafis.

Sejak paruh kedua tahun 2020, pasar kripto bangkit kembali setelah dua tahun musim dingin. Harga Bitcoin melonjak dari kurang dari 15.000 dolar AS di pertengahan tahun menjadi lebih dari 60.000 dolar AS pada awal 2021, sementara Ethereum naik dari ratusan dolar menjadi di atas 2.000 dolar AS. Kenaikan harga koin yang pesat kembali memicu demam mining kartu grafis. Para miner memborong seri GeForce RTX 30 generasi baru, menyebabkan kartu grafis kelas atas yang awalnya ditujukan untuk gamer menjadi sangat langka, dan pasar kembali mengalami kondisi "permintaan melebihi pasokan" yang gila. Saat peluncuran RTX 30, gamer sempat gembira dengan performa dan harga yang kompetitif, namun seiring melonjaknya profit mining Ethereum, harga jual kartu grafis ini naik ke tingkat yang tidak masuk akal—RTX 3060 yang direkomendasikan seharga 2.499 yuan dijual di pasar hingga 5.499 yuan, sedangkan RTX 3090 kelas flagship bahkan mencapai hampir 20.000 yuan.

Namun, kelangkaan kartu grafis yang terus-menerus membuat konflik antara gamer dan miner semakin nyata. Nvidia memilih strategi "dua jalur paralel": di satu sisi, mereka menurunkan hash rate Ethereum pada GeForce (dimulai dari RTX 3060) untuk gamer, namun kemudian diketahui bahwa ini hanyalah solusi sementara. Para miner menemukan bahwa dengan memasang "dummy HDMI" pada RTX 3060, kartu grafis tersebut mengira ada kartu lain yang juga berfungsi sebagai adaptor display, sehingga dapat mengakali pembatasan hash rate pada skenario multi-GPU dan tetap mining dengan kecepatan penuh.

Andreas menunjukkan demo ini di Twitter-nya

Di sisi lain, Nvidia meluncurkan seri Cryptocurrency Mining Processor (CMP) khusus untuk miner, mencoba melakukan "pemisahan pasar". Blog resmi menyatakan dengan jelas: "GeForce dibuat untuk gamer, CMP untuk profesional mining." CMP tidak memiliki output display, menggunakan bracket terbuka untuk meningkatkan aliran udara pada rak mining, dan menurunkan tegangan/frekuensi puncak demi efisiensi energi yang stabil. Namun, karena CMP tidak memiliki output display dan masa garansi pendek, miner lebih sulit untuk keluar dari pasar, sementara GeForce bisa digunakan untuk mining dan dijual kembali ke gamer, sehingga nilai sisa dan likuiditasnya lebih baik. Akhirnya, proyek ini pun perlahan menghilang dari perhatian publik.

Menurut laporan keuangan Nvidia, pada kuartal pertama 2021, penjualan kartu grafis untuk "mining" menyumbang seperempat dari total pengiriman, dan penjualan chip khusus kripto (seri CMP) mencapai 155 juta dolar AS. Dengan dukungan demam kripto, pendapatan Nvidia pada 2021 melonjak menjadi 26,9 miliar dolar AS, naik 61% dari tahun sebelumnya, dan kapitalisasi pasar perusahaan sempat menembus 800 miliar dolar AS.

Namun, masa keemasan ini tidak bertahan lama. Pada 21 Mei 2021, Komite Stabilitas Keuangan Dewan Negara Tiongkok mengumumkan tindakan keras terhadap penambangan dan perdagangan Bitcoin. Xinjiang, Qinghai, Sichuan, dan daerah lain segera menutup tambang, sehingga bisnis mining melambat drastis. Dalam waktu satu bulan, hash rate dan harga Bitcoin turun bersamaan, dan para miner terpaksa pindah atau menjual perangkat. Pada 24 September, bank sentral dan beberapa departemen mengeluarkan pemberitahuan bersama yang mengklasifikasikan semua transaksi cryptocurrency sebagai aktivitas keuangan ilegal, serta meminta "penghentian mining secara teratur" di seluruh negeri, memperketat regulasi lebih lanjut.

Bagi para pelaku mining di Huaqiangbei, siklus naik-turun harga sudah menjadi hal biasa. Mereka yang pernah mengalami "bencana mining" pada awal 2018 masih mengingatnya dengan jelas—ada yang keluar dengan sedih, tapi sebagian kecil yang bertahan melewati musim dingin dengan mengoperasikan mining sendiri, menunggu siklus berikutnya. Faktanya, bull market 2020–2021 kembali membuat para pemain yang bertahan bangkit.

Pada September 2022, industri kripto mengalami peristiwa penting: blockchain Ethereum menyelesaikan upgrade "Merge", beralih dari mekanisme Proof of Work (PoW) ke Proof of Stake (PoS), sehingga tidak lagi membutuhkan banyak GPU untuk mining. Ini menandai berakhirnya era GPU mining yang telah berlangsung bertahun-tahun. Tanpa permintaan khusus dari miner kripto, pasar kartu grafis global dengan cepat mendingin, dan hal ini berdampak langsung pada kinerja Nvidia. Pada kuartal ketiga 2022, pendapatan Nvidia turun 17% YoY menjadi 5,93 miliar dolar AS, laba bersih hanya 680 juta dolar AS, turun 72% YoY. Harga saham Nvidia pada 2022 sempat turun ke sekitar 165 dolar AS, hampir setengah dari puncaknya, dan keuntungan dari kripto yang dulu menguntungkan kini berubah menjadi beban kinerja.

Menarik Garis Jelas: Perpisahan Nvidia dengan Industri Mining

Menghadapi kegilaan dunia mining dan keluhan gamer, serta masalah profit siklikal, Nvidia menyadari perlunya mencari keseimbangan dalam gelombang mining cryptocurrency dan secara tepat waktu "menarik garis jelas". Seiring kekhawatiran gelembung akibat lonjakan harga koin, perusahaan juga pernah mengalami masalah kepatuhan keuangan. Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) kemudian menemukan bahwa Nvidia pada tahun fiskal 2018 selama dua kuartal berturut-turut tidak mengungkapkan secara memadai kontribusi mining cryptocurrency terhadap pertumbuhan pendapatan bisnis kartu grafis gaming. Ini dianggap sebagai pelanggaran pengungkapan informasi. Pada Mei 2022, Nvidia setuju untuk berdamai dengan SEC dan membayar denda 5,5 juta dolar AS. Insiden ini membuat Nvidia menilai ulang hubungan ambigu mereka dengan industri kripto—meskipun gelombang mining membawa keuntungan besar, volatilitas dan risiko regulasi juga bisa merugikan reputasi dan kinerja perusahaan.

Setelah Ethereum beralih ke PoS pada 2022, permintaan GPU untuk mining anjlok, dan bisnis kartu grafis gaming Nvidia segera kembali ke keseimbangan normal. Jensen Huang juga berulang kali menegaskan bahwa pendorong pertumbuhan masa depan perusahaan akan berasal dari kecerdasan buatan, pusat data, kendaraan otonom, dan bidang lain, bukan lagi dari bisnis spekulatif seperti cryptocurrency. Bisa dikatakan, setelah mengalami puncak dan penurunan "demam mining", Nvidia dengan tegas menarik garis dengan industri berisiko tinggi ini, mengalokasikan lebih banyak sumber daya ke bidang komputasi AI yang lebih luas dan bernilai sosial. Di situs resmi program Inception terbaru Nvidia untuk startup AI, mereka juga secara jelas mencantumkan "jenis organisasi yang tidak memenuhi syarat", termasuk "perusahaan terkait cryptocurrency", menunjukkan bahwa Nvidia ingin menarik garis tegas dengan teman lama di dunia kripto.

Lalu, setelah sepenuhnya merangkul industri AI, apakah bisnis chip Nvidia masih bersinggungan dengan industri kripto? Secara kasat mata, sejak Ethereum meninggalkan "era mining", hubungan GPU dengan mining kripto tradisional telah berkurang drastis. Bitcoin dan koin utama lainnya sudah lama menggunakan ASIC miner khusus, sehingga GPU tidak lagi menjadi "barang panas" yang diperebutkan para miner kripto. Namun, kedua bidang ini tidak sepenuhnya terpisah—titik temu baru mulai muncul dalam bentuk berbeda.

Beberapa perusahaan yang sebelumnya fokus pada mining kripto kini mengalihkan bisnis ke layanan komputasi AI, dan menjadi pelanggan baru Nvidia. Selain itu, perusahaan mining Bitcoin tradisional juga mulai memanfaatkan kelebihan listrik dan fasilitas mereka untuk menerima tugas komputasi AI. Beberapa perusahaan mining besar baru-baru ini telah mengganti sebagian perangkat mereka dari chip mining khusus ke GPU untuk pelatihan model AI. Menurut mereka, dibandingkan mining kripto yang volatil, pelatihan AI menawarkan sumber pendapatan yang lebih stabil dan andal.

Orang yang Paling Banyak Mendapat Untung dari Demam AI—Nvidia, Penjual "Sekop"

Pada November 2022, ChatGPT dari OpenAI muncul dan model AI besar menjadi sensasi global. Bagi Nvidia, ini jelas merupakan peluang emas "sekali seumur hidup" yang diberikan takdir. Dunia tiba-tiba menyadari bahwa untuk menggerakkan "monster AI haus komputasi" ini, dukungan hardware GPU dari Nvidia sangatlah penting.

Setelah ChatGPT menjadi viral, perusahaan teknologi besar dan tim startup berbondong-bondong masuk ke jalur "model besar", dan permintaan komputasi untuk pelatihan model AI meningkat secara eksplosif. Nvidia dengan tajam menangkap esensi ini—bahwa apa pun perubahan teknologi, komputasi selalu menjadi "mata uang dasar" dunia digital.

Saat ini, Nvidia menguasai lebih dari 90% pangsa pasar chip pelatihan model besar. GPU A100, H100, serta generasi baru Blackwell/H200 telah menjadi standar industri untuk komputasi AI. Karena permintaan jauh melebihi pasokan, Nvidia memiliki kekuatan penetapan harga dan margin keuntungan yang luar biasa pada chip AI kelas atas. Menurut prediksi Goldman Sachs, dari 2025 hingga 2027, belanja modal lima penyedia cloud terbesar (Amazon, Meta, Google, Microsoft, Oracle) diperkirakan akan mendekati 1,4 triliun dolar AS, hampir tiga kali lipat dari tiga tahun sebelumnya. Investasi besar-besaran ini menjadi fondasi kuat di balik kapitalisasi pasar Nvidia yang sangat tinggi.

Namun, bidang AI pernah mengalami "gelombang efisiensi biaya"—model open source DeepSeek yang viral. Proyek DeepSeek mengklaim hanya dengan biaya sekitar 5,576 juta dolar AS, mereka berhasil melatih model DeepSeek V3 yang performanya setara dengan GPT-4, dan kemudian meluncurkan model R1 dengan biaya inferensi sangat rendah.

Industri pun heboh, banyak yang pesimis terhadap Nvidia, menganggap kemunculan model AI murah ini berarti perusahaan kecil dan menengah bisa menjalankan model besar dengan lebih sedikit GPU, sehingga bisa mengurangi permintaan GPU kelas atas Nvidia. "Apakah permintaan komputasi AI akan digantikan oleh revolusi efisiensi?" menjadi topik hangat. Akibat ekspektasi ini, harga saham Nvidia sempat anjlok tajam, turun sekitar 17% dalam satu hari, menguapkan kapitalisasi pasar sekitar 589 miliar dolar AS (disebut sebagai salah satu kerugian kapitalisasi pasar satu hari terbesar dalam sejarah pasar saham AS).

Namun, hanya dalam beberapa bulan, kekhawatiran ini terbukti keliru. DeepSeek justru memicu ledakan baru permintaan komputasi, bukan pengurangan. Inovasi teknologinya pada dasarnya mewujudkan "demokratisasi komputasi"—melalui inovasi algoritma dan distilasi model, secara signifikan menurunkan hambatan hardware untuk model besar, sehingga lebih banyak institusi dan perusahaan mampu mengadopsi aplikasi AI. Sekilas, karena efisiensi model meningkat, tampaknya "tidak perlu banyak komputasi"; namun kenyataannya, fenomena DeepSeek justru mempopulerkan aplikasi AI, membuat permintaan komputasi tumbuh eksponensial. Banyak perusahaan berlomba-lomba mengadopsi DeepSeek, memicu gelombang aplikasi AI, dan inferensi menjadi pendorong utama konsumsi komputasi. Ini membuktikan "Paradoks Jevons" yang terkenal—peningkatan efisiensi teknologi justru mempercepat konsumsi sumber daya. DeepSeek menurunkan hambatan AI, aplikasi meningkat pesat, dan akhirnya kebutuhan komputasi semakin besar.

Faktanya, setiap kali model AI baru lahir, biasanya berarti pesanan GPU baru bermunculan. Semakin banyak inovasi AI, semakin kuat Nvidia, dan ini kembali terbukti dalam peristiwa DeepSeek. Laporan keuangan Nvidia pada Februari 2025 menunjukkan bisnis pusat data jauh melampaui ekspektasi. Lebih dalam lagi, keberhasilan DeepSeek bukan ancaman bagi Nvidia, justru membuktikan bahwa "efisiensi biaya" akan membawa ekspansi aplikasi yang lebih besar, sehingga meningkatkan total permintaan komputasi. Kali ini, DeepSeek justru menjadi bahan bakar baru bagi kerajaan komputasi Nvidia.

Seperti yang dikatakan pelopor AI Andrew Ng: "AI adalah listrik baru." Di era AI sebagai listrik, penyedia komputasi seperti Nvidia jelas berperan sebagai perusahaan listrik. Melalui pusat data besar dan klaster GPU, mereka terus-menerus memasok "energi" ke berbagai industri, mendorong transformasi cerdas. Inilah logika inti di balik lonjakan kapitalisasi pasar Nvidia dari 1 triliun menjadi 5 triliun dolar AS dalam dua tahun—permintaan global akan komputasi AI mengalami lompatan kualitatif, dan para raksasa teknologi dunia berlomba-lomba menggelontorkan dana dalam "perlombaan senjata" untuk membeli komputasi.

Setelah kapitalisasi pasar menembus 5 triliun dolar AS, pengaruh dan skala Nvidia bahkan telah melampaui banyak pemerintah negara dalam hal ekonomi. Nvidia bukan lagi sekadar produsen "kartu grafis" yang membuat tampilan game lebih mulus, melainkan telah berubah menjadi bahan bakar era AI, menjadi "penjual sekop" yang diakui dalam demam emas ini. Seiring bertambahnya skala, kisah kekayaan karyawan Nvidia pun terus beredar di industri—banyak karyawan Nvidia yang nilai sahamnya bahkan melebihi gaji tahunan mereka. Nvidia sendiri juga terus "menceritakan" narasi teknologi baru, mewujudkan transformasi diri berulang kali—kartu grafis gaming membuka pintu pertama, demam mining memberi pertumbuhan kedua, dan AI membawa Nvidia ke puncak sejatinya.