Saya panik, apa yang terjadi? Gangguan Cloudflare menyebabkan kekacauan internet global

Insiden ini kembali menyoroti ketergantungan tinggi internet global terhadap segelintir penyedia infrastruktur utama.

Penulis: Zhao Yuhe

Sumber: Wallstreetcn

Pada Selasa pagi waktu AS bagian Timur, penyedia layanan infrastruktur internet Cloudflare menyatakan bahwa jaringan global mereka mengalami anomali, menyebabkan banyak situs web—termasuk platform media sosial X—mengalami gangguan akses seperti "internal server error". Pengguna tidak dapat mengakses banyak situs dan layanan, termasuk ritel, e-commerce, media sosial, layanan keuangan, serta platform transportasi. Perusahaan tersebut kemudian mengklaim bahwa masalah telah diperbaiki dalam waktu kurang dari empat jam.

Selama masa down, beberapa fitur X terputus dan banyak situs lain juga mengalami hambatan akses. Menurut data dari platform pelacakan gangguan Downdetector, selain X, banyak situs lain juga terdampak, dengan jumlah laporan yang terus meningkat. Pengguna yang mengakses X, ChatGPT, DoorDash, IKEA, serta Metropolitan Transportation Authority (MTA) New York, semuanya melihat pesan error terkait Cloudflare.

Setelah itu, seorang juru bicara wanita dari Cloudflare menyatakan bahwa sekitar pukul 06.20 pagi waktu AS bagian Timur, salah satu layanan mereka mengalami lonjakan lalu lintas yang tidak biasa, menyebabkan kesalahan pada lalu lintas yang melewati jaringan perusahaan.

Juru bicara Cloudflare lainnya, Jackie Dutton, mengatakan dalam pengumuman bahwa masalah ini disebabkan oleh file konfigurasi yang dihasilkan secara otomatis untuk mengelola lalu lintas ancaman, dan perbaikannya memakan waktu kurang dari empat jam. Perusahaan menyatakan telah menerapkan langkah perbaikan inti, namun dengan hati-hati menyebutkan bahwa sistem "masih membutuhkan waktu untuk benar-benar stabil".

Dutton menyatakan:

"Jumlah entri dalam file ini melebihi ukuran yang diharapkan, sehingga memicu crash pada sistem perangkat lunak yang bertanggung jawab menangani sebagian lalu lintas layanan Cloudflare."

Pernyataan tersebut menyebutkan, tidak ada bukti yang menunjukkan insiden ini terkait dengan serangan siber atau aktivitas jahat.

Dampak gangguan ini sangat luas. Downdetector menyatakan di platformnya bahwa selama Cloudflare down, "jumlah laporan dari berbagai layanan terdampak melebihi 2,1 juta", menunjukkan insiden ini menjadi salah satu gangguan infrastruktur paling serius dalam beberapa tahun terakhir.

Setelah insiden, harga saham Cloudflare sempat anjlok 7% saat pembukaan perdagangan Selasa, sebelum akhirnya penurunan menyempit.

Industri aset digital juga bereaksi. Co-founder dan mantan CEO Binance, Zhao Changpeng, menulis di X: "Blockchain kept working", mengisyaratkan bahwa sistem terdesentralisasi tidak terpengaruh oleh insiden ini.

Pada pukul 12:15 waktu AS bagian Timur, Cloudflare menyatakan sistem sedang pulih secara bertahap, namun beberapa wilayah di dunia masih mungkin mengalami error akses, penurunan performa, atau masalah login. Perusahaan akan terus memperbarui kemajuan perbaikan di halaman status.

Terlalu Bergantung pada Segelintir Perusahaan

Dalam beberapa tahun terakhir, berulang kali terjadi masalah pada penyedia infrastruktur digital yang menyebabkan penggunaan internet global lumpuh. Amazon Web Services (AWS), CrowdStrike Holdings Inc., dan Microsoft pernah mengalami insiden serupa, menyoroti bahwa internet global sangat bergantung pada layanan dari segelintir perusahaan.

Layanan Cloudflare dan AWS bagi pengguna biasa hampir "tidak terlihat", namun alat-alat mereka menopang banyak situs dan layanan yang digunakan konsumen setiap hari.

Bulan lalu, gangguan pada AWS membuat sebagian wilayah internet lumpuh, menyebabkan jutaan pengguna tidak dapat mengakses situs dan aplikasi, penjualan ritel terhambat, layanan media sosial dan keuangan terganggu, serta banyak bisnis terdampak. Tahun lalu, kerentanan pada alat yang digunakan oleh perusahaan keamanan siber CrowdStrike menyebabkan sistem komputer di seluruh dunia crash secara massal, memicu ribuan penerbangan tertunda dan dibatalkan, serta mengacaukan operasi lembaga pemerintah dan perusahaan besar.

Pakar dari perusahaan keamanan siber Check Point Software di California, Graeme Stewart, menyatakan bahwa insiden semacam ini menyoroti ketergantungan internet yang berlebihan pada segelintir penyedia infrastruktur.

Ia berkata:

"Banyak institusi masih membuat semua layanan penting mereka bergantung pada satu jalur, tanpa backup yang benar-benar efektif. Begitu jalur itu bermasalah, tidak ada rencana cadangan. Inilah masalah yang terus kita lihat."

Profesor keamanan siber dari University of Surrey, Alan Woodward, menyatakan bahwa gangguan pada hari Selasa kembali menunjukkan bahwa internet sangat bergantung pada 'segilintir pemain'. Ia menggambarkan Cloudflare sebagai 'perusahaan terbesar yang belum pernah Anda dengar'.

"Orang-orang tidak punya pilihan selain bergantung pada segelintir perusahaan besar ini."

CTO Meminta Maaf

Chief Technology Officer Cloudflare, Dane Knecht, meminta maaf atas insiden ini. Ia menulis di X:

"Ketika jaringan Cloudflare bermasalah dan memengaruhi lalu lintas dalam jumlah besar yang bergantung pada kami, kami mengecewakan pelanggan dan juga seluruh internet. Masalah ini sendiri, dampaknya, serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya, semuanya tidak dapat diterima. Kami telah mulai mengambil langkah untuk memastikan hal serupa tidak terjadi lagi, namun saya tahu hari ini benar-benar merepotkan semua orang. Kepercayaan pelanggan adalah yang terpenting bagi kami, dan kami akan melakukan segala upaya untuk mendapatkan kembali kepercayaan itu."

Cloudflare dalam beberapa tahun terakhir telah beberapa kali mengalami gangguan serupa.

Pada Juli 2019, bug dalam perangkat lunak Cloudflare menyebabkan beberapa modul jaringan menggunakan sumber daya komputasi secara berlebihan, membuat ribuan situs yang bergantung pada Cloudflare (termasuk Discord, Shopify, SoundCloud, dan Coinbase) offline selama 30 menit. Pada Juni 2022, Cloudflare mengalami gangguan yang memengaruhi lalu lintas di 19 pusat datanya, menyebabkan banyak situs dan layanan utama lumpuh selama sekitar satu setengah jam.

Perangkat lunak Cloudflare digunakan oleh ratusan ribu perusahaan di seluruh dunia sebagai lapisan buffer antara situs perusahaan dan pengguna akhir, untuk melindungi situs dari serangan lalu lintas atau down akibat lonjakan trafik.

Tahun lalu, pembaruan perangkat lunak yang salah dari perusahaan keamanan siber CrowdStrike menyebabkan jutaan perangkat yang menjalankan sistem Microsoft Windows crash, menimbulkan kekacauan besar di berbagai industri seperti penerbangan, perbankan, dan kesehatan.

Gangguan CrowdStrike kali ini berasal dari kesalahan pada produk yang berjalan di lapisan terdalam komputer pelanggan. Sedangkan peran Cloudflare adalah melindungi infrastruktur internet seperti situs dan platform, sehingga ketika Cloudflare down, banyak situs populer langsung tidak dapat diakses atau mengalami anomali. Cloudflare terutama bertanggung jawab untuk "menjaga situs tetap online dan cepat", sementara CrowdStrike fokus melindungi komputer dan server dari serangan.